Jumat, 09 Januari 2015

Kala Sawah dan Gunung Mamuju Utara jadi Kebun Sawit



Sepanjang jalan dari Mamuju hingga Mamuju Utara, yang berjarak sekitar 280 km, pemandangan alam didominasi  perkebunan sawit. Sawah, gunung dan sekitar pantai beralih fungsi menjadi perkebunan sawit. Foto: Wahyu Chandra
Sepanjang jalan dari Mamuju hingga Mamuju Utara, yang berjarak sekitar 280 km, 
pemandangan alam didominasi perkebunan sawit. Sawah, gunung dan sekitar 
pantai beralih fungsi menjadi perkebunan sawit. Foto: Wahyu Chandra
Ati, begitu biasa dipanggil, bersama dua teman, sedang duduk di bawah pohon sawit cukup besar. Mereka bercengkrama sambil menikmati hembusan angin sepoi-sepoi. Sesekali tertawa, saling menertawakan pengalaman masing-masing. Kulit mereka terlihat coklat kusam karena terpaan matahari.
Mereka warga Desa Kulu, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat, sehari-hari bekerja mengumpulkan sisa-sisa sawit yang berjatuhan di sekitar perkebunan milik PT Astra Agro Lestari (AAL). Sisa-sisa sawit, biasa disebut berondolan, bernilai rupiah bagi warga.
Menurut Ati, setiap hari menyusuri sepanjang jalan sekitar perkebunan demi memungut sisa-sisa sawit, baik sekitar pohon maupun dari mobil pengangkut. Sehari, mereka bisa mendapatkan 30-40 kg sawit berondolan seharga Rp1.000 per kg. Jadi per hari penghasilan Rp30.000-Rp40.000. “Lumayan untuk menghidupi keluarga,” katanya kepada Mongabay, pertengahan November 2014.
Harga sawit di pengumpul berfluktuasi, terendah Rp700 tertinggi Rp1.200.“Tergantung pengumpul mau beli berapa. Mereka macam-macam. Ada beli harga murah tapi ada yang mau beli mahal.”
Pekerjaan Ati sedikit berisiko, kadang harus kejar-kejaran dengan pengawas perkebunan.“Tidak semua bisa dipungut. Kalau di sini dibolehkan. Kalau punya Unggul dijaga Brimob, tak boleh ambil. Harus sembunyi-sembunyi.”
Kehidupan Ati sedikit menggambarkan kehidupan sosial ekonomi warga di sekitar perkebunan sawit di Mamuju Utara. Kabupaten yang dikenal salah satu sentra sawit di Sulbar ini memiliki luasan lahan hingga puluhan ribu hektar, baik dikelola perusahaan maupun warga.
Di pusat kota Mamuju Utara, Pasangkayu, bahkan ada tugu sawit berbentuk bola dunia dengan tulisan SMART, bentuk menyerupai logo AAL.
Ketika menyusuri sepanjang jalan menuju Matra dari rute Mamuju, Mamuju Tengah hingga memasuki Matra berjarak sekitar 280 km, hamparan kebun sawit di mana-mana. Sepanjang jalan, sepanjang mata memandang hamparan sawit, tidak hanya di tanah datar, juga di pegunungan bahkan sekitar pantai. Hamparan sawah sangat jarang ditemukan tergantikan sawit.
Warga Mamuju Utara menjadikan mata pencarian sehari-hari  dengan mengumpulkan sisa-sisa sawit yang berjatuhan, yang disebut berondolan. Kadang mereka harus kejar-kejaran dengan Brimob yang menjaga perkebunan sawit miliki swasta. Foto: Wahyu Chandra
Warga Mamuju Utara menjadikan mata pencarian sehari-hari dengan 
mengumpulkan sisa-sisa sawit yang berjatuhan, yang disebut berondolan. 
Kadang mereka harus kejar-kejaran dengan Brimob yang menjaga 
perkebunan sawit miliki swasta. Foto: Wahyu Chandra
Data perkebunan sawit di Sulbar per 2013, luasan perkebunan sudah tanam cukup besar, mencapai 52.123 hektar. Sekitar 63,27 persen atau 32.978 hektar di Matra, belum termasuk puluhan ribu hektar lain yang belum tergarap.
Taufik,  aktivis lingkungan di Matra mengatakan, terdapat dua perusahaan utama sawit di Matra, yaitu AAL dan PT. Unggul Widya Lestari (UWL). AAL memiliki sejumlah anak perusahaan, antara lain PT Letawa, PT Suryaraya Lestari, PT Pasangkayu, PT Mamuang dan PT Tanjung Sarana Lestari.
Data Dinas Kehutanan Mamuju Utara, dari luasdaerah ini 304. 375 hektar, 37% dialokasikan buat HGU. “Dari 37%, 90% HGU perkebunan sawit HGU  AAL kala  rekomendasi Gubernur Sulsel era 1990-an,  dijabat Ahmad Amiruddin.
Isi rekomendasi antara lain menyetujui perkebunan sawit Astra Group 16. 600 hektar, di sebelah utara Sungai Karossa, Kecamatan Budong-Budong, Mamuju. “Dalam perkembangan, menurut informasi,  perkebunan AAL mencapai 37.000 hektar.” Sedang UWL mendapatkan HGU pada 2004, dengan luas 30.000 hektar.
Porsi besar kepada perusahaan, memicu ketidakpuasan masyarakat, yang mulai kehabisan lahan. Buntutnya, terjadi perlawanan warga. Contoh, konflik lahan antara warga dengan UWL di Desa Sipakaingan, beberapa waktu lalu.“Sekarang masih memanas. Warga membangun rumah darurat di lahan yang bersengketa.”
Kasus lain, di Pasangkayu. Perusahaan diduga melintas di areal masyarakat adat Bunggu, hingga  warga terdesak ke pinggir gunung. Dampaknya,  warga Bunggu masuk hutan lindung.
“Seperti afdeling H dan G, masyarakat Bunggu Patado dan Inde  bermukim di Desa Ngovi, batas Sulbar dan Sulteng, kehilangan sagu di Joko Tendo, Tapa Bete, dan Kayu Rano.”
Pemerintah Matra, sebenarnya meminta Pasangkayu tidak menggarap  pemukiman masyarakat lokal Binggi. Namun, perusahaan tetap menanam dan mendesak masyarakat Binggi hingga ke pinggir gunung.
Persawahan juga berubah  menjadi perkebunan sawit. Ini menjadi kekhawatiran Mawardi, Direktur Lembaga Kesatuan Anak Bangsa (eLKAB) Matra.
Antusiasme warga menanam sawit dan mengkonversi sawah terjadi karena janji kesejahteraan. Satu kapling lahan sawit setara dua hektar  memberi pendapatan hingga Rp4 juta. Pemerintah bahkan mengklaim penghasilan sawit bisa Rp9 juta per hektar. Cukup menggiurkan warga.
Padahal, kata Mawardi, hitung-hitungan ekonomis jangka panjang,  sangat merugikan warga.“Selalu dikatakan sawit produktif hingga 25 tahun, padahal  15 tahun. Setelah itu, bagaimana nasib lahan-lahan mereka?”
Sebagian warga,  memang  menerima manfaat besar dengan sawit bahkan, menjadi jutawan . Namun, hanya yang memiliki luasan  hingga puluhan hektar.
Kekhawatiran lain, keragaman lahan pertanian.  Ketika sebagian besar menjadi sawit, produktivitas lahan pertanian lain berkurang.
“Akhirnya warga  menggantungkan kebutuhan dari impor atau dari luar. Itu pasti akan mahal.”
Selain sawit, produk lain yang bertahan padi dan kakao dengan jumlah makin berkurang. Tanaman lain belakangan dibudidayakan kelapa untuk kopra.
Menurut dia, pemerintah dan masyarakat harus mulai memperhitungkan dampak lingkungan dengan kebun sawit besar-besaran ini. Sawit tanaman rakus air dan unsur hara tanah.
“Satu pohon membutuhkan suplai air  10 liter per hari. Ini  berdampak pada ketersediaan air bagi pertanian lain.”
Taufik menambahkan, pemerintah daerah, tak memberi dorongan kuat pada pola lama hingga mampu memproduksi pangan hingga ketahanan pangan Matra rapuh.
Kekhawatiran Taufik beralasan. Ketika perkebunan besar habis masa HGU dan harus menghentikan produksi, masyarakat yang terlanjur berkebun sawit akan kewalahan dalam pemasaran.
“Tanah-tanah bekas HGU kembali pada negara. Ini bakal melahirkan persoalan agraria serius, biasa antara masyarakat dan negara, masyarakat dengan pemerintah daerah atau antara masyarakat.”
Kerentanan alam oleh perkebunan sawit ini bisa dilihat dari kerusakan ekosistem Sungai Lariang, salah satu sungai terpanjang di Sulawesi, sebagian melintas di HGU perkebunan besar.
“Kini sungai bermuara di Napu, Poso, Sulawesi Tengah, setiap tahun adalah ancaman bagi masyarakat di Lariang, Tikke Raya, Pedongga dan Pasangkayu. Ada ratusan hektar lahan masyarakat tergerus ganasnya arus sungai kala musim hujan.”
Taufik pernah penelusuran di lapangan. Menurut pengakuan masyarakat di Desa Bambakoro dan Desa Kulu, Lariang, ada ratusan hektar lahan mereka hilang oleh banjir bandang karena sungai meluap.
“Walaupun tidak menuding perkebunan sawit sejak 1990-an, namun masyarakat heran. Sebelum ada kebun sawit di seputaran aliran sungai, mereka tidak mengenal banjir bandang.”
Taufik juga menemukan, berbagai kayu lokal berkualitas seperti uru dan palapi, maupun satwa seperti rusa, anoa, monyet dan babi, mulai hilang karena habitat tergerus sawit.
“Sungai Ngovi, Sungai Bayu dan Sungai Moi, muara sejumlah sungai-sungai kecil setiap hari makin dangkal dan mengering. Berbagai jenis ikan hilang seperti, gabus, mas, sidat.”
Sungai-sungai itu dulu juga jalur transportasi masyarakat lokal buat mengambil hasil-hasil hutan berupa umbi-umbian dan buah. Kini sungai makin dangkal dan mengecil, bantaran sungai tidak terpelihara.
Dampak lain  sawit yakni limbah pabrik.“Limbah-limbah buangan  terus menerus mempengaruhi kondisi tanah, air dan udara di sekitar pabrik.”
Meskipun  perusahaan sawit memberi jaminan dengan sistem pengolahan limbah  mutakhir, namun tampak pada sungai-sungai di seputar pabrik CPO, seperti di Sungai Bayu, Pedanda, Moi dan Pasangkayu. “Berbagai jenis ikan lokal seperti  mas dan sidat atau moa, biasa disebut  massapi hilang. Sungai-sungai  sepanjang tahun  keruh dan coklat.”
Perkebunan sawit dalam skala besar dinilai telah mengancam eksosistem sungai di Matra. Salah satu sungai terpanjang di Sulawesi, Sungai Lariang, yang sebagian melintas di HGU sawit, setiap tahun mulai menebar ancaman banjir bandang. Foto: Wahyu Chandra
Perkebunan sawit dalam skala besar dinilai telah mengancam eksosistem sungai 
di Matra. Salah satu sungai terpanjang di Sulawesi, Sungai Lariang, yang 
sebagian melintas di HGU sawit, setiap tahun mulai menebar ancaman 
banjir bandang. Foto: Wahyu Chandra
sumber www.mongabay.co.id

Astronom Temukan Planet Paling Mirip dengan Bumi

Astronom Temukan Planet Paling Mirip dengan Bumi

Sebuah planet yang mengorbit bintang di konstelasi Lyra dinyatakan sebagai planet ekstrasolar atau planet alien yang paling mirip Bumi. Dunia baru itu terungkap lewat penelitian astronom dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics.

Planet yang bernama Kepler 438b itu berukuran sedikit lebih besar dari Bumi. Mengitari bintang katai oranye, astronom mengatakan bahwa planet itu menerima panas dari bintangnya 40 persen lebih banyak daripada Bumi menerimanya dari Matahari.
Dengan ukurannya yang relatif kecil, astronom memerkirakan Kepler 438b adalah planet batuan seperti Bumi. Sementara, dari sisi jarak, planet itu dinyatakan berada dalam zona Goldlilocks, jarak yang pas sehingga air dalam bentuk cair mungkin didapati.
Permukaan batuan dan keberadaan air dalam bentuk cair adalah beberapa faktor yang menentukan apakah suatu planet bisa mendukung kehidupan. Faktor lain diantaranya keberadaan oksigen.
Kepler 438b berjarak 470 tahun cahaya dari Bumi. Satu tahun di planet itu sangat singkat, hanya 35 hari. Dengan demikian, planet itu berevolusi terhadap bintangnya 10 kali lebih cepat dari Bumi.
Menurut para astronom, planet yang berukuran lebih kecil biasanya punya kemungkinan lebih besar menjadi planet batuan. Dengan ukuran hanya 12 persen lebih besar dari planet kita, Kepler 438b punya peluang 70 persen merupakan planet batuan.
Penemuan planet itu dipaparkan dalam pertemuan tahunan American Astronomical Society di Seattle, Selasa (6/1/2014). Selain Kepler 438b, astronom juga menemukan 7 planet lain yang juga berpotensi mendukung kehidupan.
Seluruh planet ditemukan dengan teleskop Kepler milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Teleskop itu mendeteksi keberadaan planet dengan metode transit, melihat kedipan cahaya bintang induk saat planet melintas di depannya.
Planet lain yang ditemukan adalah Kepler 442b, juga berada di konstelasi Lyra. Berjarak 1.100 tahun cahaya, planet itu berukuran 1/3 Bumi dan menerima cahaya bintang 2/3 dari yang diterima Bumi dari Matahari. Ada peluang 60 persen dunia itu adalah planet batuan.
Guilerno Torres seperti dikutip The Guardian, Selasa, mengungkapkan bahwa berdasarkan ukuran dan jumlah cahaya yang diterima dari bintangnya, dua dunia itu merupakan planet yang paling mirip Bumi.
Sebelumnya, planet yang paling mirip Bumi adalah Kepler 186f dan Kepler 62f. Masing-masing berukuran 10 persen dan 40 persen lebih besar dari Bumi serta menerima cahaya 33 persen dan 41 persen dari yang diterima Bumi.
Astronom belum mengetahui apakah kedua planet itu memiliki atmosfer. Namun, bila keduanya diliputi gas, suhunya bakal sekitar 60 derajat Celsius untuk Kepler 438b dan 0 derajat Celsius untuk Kepler 442b.
Tim Harvard Smithsonian Center for Astrophysics mengonfirmasi setiap planet yang dideteksi dengan program bernama Blender. Konfirmasi diperlukan sebab kedipan cahaya bisa juga ditimbulkan bila bintang yang dilihat adalah bagian sistem bintang ganda.
Dengan analisis statistik tertentu, program Blender bakal memastikan planet yang terdeteksi nyata. Dari total 12 planet yang terdeteksi oleh tim Harvard, 11 planet dinyatakan 99,7 persen memang eksis.
Di masa depan, penelitian tentang planet alien dapat lebih detail dengan bantuan James Webb Telescope dan European Extremely Large Telescop yang kini sedang dibangun di Chile. Manusia bukan hanya bisa menemukan planet baru tetapi juga menganalisis atmosfernya.

(Yunanto Wiji Utomo/Kompas.com)

Kampung Bantar, Kampung Percontohan Terpadu Yang Gagal Dikunjungi Jokowi

Suasana asri dan nyaman terlihat jelas ketika kita menginjakkan kaki di Kampung Bantar di Liposos II RT 14, Kelurahan Eka Jaya Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi. Deretan tanaman sayur berjejer rapi di dipot-pot  setiap teras rumah warga, mengisi ruang kosong yang ada untuk berbagai jenis tanaman pangan.
Kampung Bantar yang dicanangkan sebagai kampung lingkungan sosial terpadu mandiri dengan ikon Bersih Aman dan Pintar, menjadi kampung yang batal dikunjungi Presiden Joko Widodo pada rangkaian acara peringatan Hari Kesetiawanan  Sosial Nasional 20 Desember 2014 kemarin di Jambi.
Pemanfaatan pekarangan, jalan dan lorong-lorong kampung dengan menanam aneka sayur-sayuran di kampung terpadu mandiri Bantar, Kota Jambi. Foto : Elviza Diana
Pemanfaatan pekarangan, jalan dan lorong-lorong kampung dengan menanam aneka 
sayur-sayuran di kampung terpadu mandiri Bantar, Kota Jambi. Foto : Elviza Diana
Kampung Bantar ini merupakan kawasan uji coba penerapan kampung sosial terpadu tingkat nasional untuk peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. “Walikota Jambi menjadikan Kampung Bantar di Liposos II ini sebagai uji coba keseimbangan kehidupan masyarakat dengan lingkungannya. Dan ternyata mampu menjadi contoh bagi seluruh kampung-kampung di Indonesia,” kata Staf Dinas Sosial Tenaga Kerja Bidang Kesejahteraan Kota Jambi Intan Hadi Pono.
Hadi menjelaskan awalnya  Kampung Bantar merupakan kawasan lingkungan pondok sosial yang sudah ada sejak awal tahun 90-an. Kampung ini menjadi tempat penanganan masyarakat yang terkena masalah sosial, dan menjadi contoh keberhasilan peningkatan ekonomi sekitar 200 kepala keluarga secara gotong royong melalui kesetiakawanan sosial.
Salah satunya keberhasilan melaluli peternakan ikan lele. Abdul Sohib (42) merupakan salah satu pelopor pengembangan pembibitan lele. Berawal dari 17 orang yang memanfaatkan waktu senggang untuk menambah penghasilan keluarga dengan merintis usaha lele.
“Tahun lalu, yang awalnya 17 orang hingga saat ini menjadi 24 anggota kelompok berupaya untuk meningkatkan pendapatan keluarga melalui budidaya ikan. Kebetulan ada satu anggota kelompok yang memiliki kolam, itu yang akhirnya kami kelola bersama-sama,” jelas Abdul yang juga menjabat Sekretaris Pokdakan (Kelompok Pembudidaya Ikan) Makmur Bersama.
Mereka yang umumnya bekerja sebagai buruh harian ini memaksimalkan waktunya di malam hari untuk membangun keramba-keramba ikan tersebut. ”Saat ini ada sepuluh keramba ikan yang isinya lele. Awalnya kami mendapatkan bantuan 5000 ekor bibit lele dari Dinas Perikanan Kota Jambi. Karena minimnya pengetahuan kami tentang budidaya ikan, maka bibit-bibit ini banyak yang mati. Tersisa tinggal 300 bibit lele,” jelas Abdul.
Kampung percontohan sosial terpadu Bantar, Kelurahan Eka Jaya, Jambi yang gagal dikunjungi Presiden Jokowi. Foto : Elviza Diana
Kampung percontohan sosial terpadu Bantar, Kelurahan Eka Jaya, Jambi yang 
gagal dikunjungi Presiden Jokowi. Foto : Elviza Diana
Kerja keras dan kekompakan yang dilakukan kelompok ini akhirnya membuahkan hasil. Dari 300 bibit awal tahun ini mereka mampu panen raya yang melimpah. Bahkan saat ini mereka sudah memiliki 260 ribu bibit ikan lele. Sepuluh kerambah awal  yang dimiliki kelompok ini, perlahan sudah menebarkan semangat untuk masyarakat di Kampung Bantar ini. Kini, ada 180 keramba yang tersebar di kanal-kanal  yang ada di lingkungan Kampung Bantar.
Tidak hanya itu, hampir semua orang di sini, memiliki kolam yang terbuat dari terpal yang diisi bibit-bibit ikan lele. “ Rata-rata di setiap rumah di sini punya kolam terpal yang berisi ikan lele. Tidak dijual, tapi bisa memenuhi kebutuhan keluarga saja,”katanya.

Kamis, 08 Januari 2015

Ayam Berevolusi Mengiringi Peradaban Manusia

Penulis Andrew Lawler, bercerita tentang hikayat ayam dan peradaban.

Ayam Berevolusi Mengiringi Peradaban ManusiaDalam buku ini, penulis 
Andrew Lawler mengajak untuk mengintip evolusi ayam dari masa prasejarah 
hingga era modern. (www.andrewlawler.com)
Ayam adalah makanan terpopuler saat ini. Orang Amerika mencatat konsumsi ayam lebih tinggi daripada daging babi atau sapi.
Andrew Lawler, seorang jurnalis veteran yang menulis buku Why Did the Chicken Cross the World: The Epic Saga of the Bird That Powers Civilization, menjelaskan bagaimana ayam goreng dari asalnya di Afrika bisa menjadi makanan favorit di Barat. 
Bahkan, lebih lanjut, melalui bukunya ia mengklaim hewan yang paling penting bagi penyebaran peradaban seluruh dunia yakni ayam. 
Melacak kembali jejak pendahulu dari ayam modern
Buku tersebut mengisahkan penelusuran sejarah domestikasi ayam; dari semula ayam hutan di kawasan Asia Selatan sampai Asia Tenggara sekitar 10.000 tahun lalu, sampai menjadi spesies fleksibel yang mampu "melayani kebutuhan" makan sehari-hari kita.
"Ayam yang sekarang ini hidup di Bumi merupakan keturunan ayam hutan merah, unggas yang amat pemalu. Mengapa disebut demikian? Rupanya keanehan burung ini adalah—saking pemalunya—saat ditangkap, mereka mereka bisa mati karena serangan jantung karena mereka begitu takut pada manusia," ungkap Lawler.
Poster 52 jenis biakan ayam. ...Poster 52 jenis biakan ayam. 
Meski pemalu di alam liar, ayam menjadi unggas yang paling banyak 
keberadaannya dan luas persebarannya di muka Bumi. (Gambar oleh Graphicaartis/Getty)
Namun para ilmuwan juga yakin kalau ayam pada mulanya tidak dibawa melintasi benua untuk menjadi makanan. Dalam masyarakat kuno, maupun dalam banyak warisan tradisi yang masih lestari dewasa ini, ayam memiliki peranan luar biasa—punya fungsi sosial-spiritual seperti di ritual keagamaan.
"Saya temukan bahwa sebenarnya di seluruh sejarah umat manusia, ayam sudah ada — ayam itu adalah sejenis zelig, muncul di berbagai kebudayaan berbeda," kata Lawler.
Karena itu di buku juga dipaparkan mengenai terjalinnya relasi antarspesies, manusia dan ayam, di mana hubungan itu sukses, mutualisme, dan evolusi ayam telah mendukung peradaban manusia.

Mengapa Pelangi berwarna-warni?

Manusia mampu menyerap tujuh warna yang terkandung dalam cahaya matahari, maka dari itu pelangi terlihat berwarna-warni.

Mengapa Pelangi berwarna-warni?
Di musim hujan, rasanya kita akan lebih sering melihat pelangi. Secara umum pelangi muncul setelah hujan, atau saat hujan gerimis dengan matahari bersinar.
Zaman dulu, ada macam-macam cerita mengenai pelangi. Ada yang bilang kalau pelangi itu adalah tangganya bidadari yang sedang mandi di sungai. Tangga itu menghubungkan kayangan dengan bumi. Namun, sebagai orang yang sudah mengenal ilmu pengetahuan apakah percaya dengan cerita itu?
Sebenarnya apa penyebab munculnya pelangi? Mengapa pula pelangi warna-warni?
Pelangi adalah cahaya yang berwarna-warni dengan garis sejajar yang tampak di langit. Ketika melihat pelangi, kita akan dibuat takjub dengan lengkungan serta keindahan di balik warna-warninya. Tidak jarang banyak yang mengabadikan fenomena indah pelangi.
Pelangi muncul karena butiran-butiran air hujan yang bertebaran di atmosfer pada saat sebelum atau setelah hujan, terkena sinar matahari. Sinar matahari ini akan dipatahkan oleh butiran-butiran air hujan. Pada saat itu titik air hujan membiaskan cahaya dan menghasilkan deretan warna yang berbeda-beda. Deretan warna yang berbeda-beda dinamakan spektrum.
Cahaya matahari merupakan cahaya yang bersifat polikromatik (terdiri dari banyak warna). Warna putih pada cahaya matahari sebenarnya adalah beberapa gabungan dari berbagai cahaya dengan gelombang dan panjang yang berbeda-beda.
Pada dasarnya, manusia mampu menyerap tujuh warna yang terkandung dalam cahaya matahari, maka dari itu pelangi terlihat berwarna-warni seperti merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Beberapa dari cahaya berwarna ini kemudian dipantulkan dari sisi yang jauh pada tetesan air. Cahaya keluar kembali dari tetesan air ke arah yang berbeda sesuai dengan warnanya masing-masing. Warna pada pelangi tersusun dengan warna merah di bagian paling atas, dan warna ungu di bagian paling bawah pelangi.

(Nurul Kusumawardani - dari berbagai sumber)

Rabu, 07 Januari 2015

Freeport Mengancam Ekosistem Mangrove

Tailing Freeport menjadi ancaman serius, pembangunan dan perkembangan wilayah.

Freeport Mengancam Ekosistem Mangrove

Yoga Pribadi, staf Dinas Kelautan dan Perikanan Timika, memperlihatkan foto mirip setu.  “Tidak, tidak…ini tempat penampungan tailing Freeport. Ini tembok bendung area timur,” katanya.
Yoga memotret saat dari pesawat kala ke Jakarta beberapa waktu lalu ketika hendak mendarat di bandara Timika. Di foto itu, Kota Mimika–pusat kota di Timika–terlihat kecil, lebih rendah dari tembok penangkal tailing.
Penampungan tailing itu dikenal dengan nama ModADA (Modelling Ajkwa Deposition Area) dengan luas 230 hektar. Jarak dari pesisir pantai mencapai 120 kilometer. Jika produksi Freeport normal, tailing yang mengendap di ModADA mencapai 230.000 ton per hari. Endapan-endapan inilah yang penuh lalu terbawa aliran hujan, hingga merembes ke Sungai Ajkwa.
Ajkwa adalah sungai besar dengan puluhan anak sungai. Lebar mencapai 200 meter. Sungai ini menjadi perlintasan antar kampung. Namun, limbah tailing Freeport terbawa arus ke sungai, Ajkwa seperti menciut. Di dekat muara, jika air laut surut Ajkwa menjadi seperti kali kecil, lebar hanya lima meter.
Sisi-sisi sungai telah ditumbuhi beberapa tanaman bakau. Tailing yang mengendap membuat daratan baru. “Secara kasat mata, ada penambahan daratan dan menambah tanaman bakau. Ekosistem air terganggu. Paling utama akses masyarakat terganggu,” kata Yoga.
Senada diungkap Hariyadi Nugroho, staf Dinas Kelautan dan Perikanan Timika. “Kami sudah bertemu dengan Freeport terkait pembuangan tailing 2003. Hingga sekarang tak ada solusi," ujarnya.
Selain sisa buangan itu mengganggu ekosistem, tujuh kampung di pesisir menjadi terganggu. Masyarakat sehari-hari hanya mencari ikan dan kebutuhan hidup di pinggiran hutan bakau, harus keluar ke garis pantai lebih jauh.
Jika menghitung, pendangkalan dari Sungai Ajkwa hingga muara, bisa mencapai ratusan hektar. “Kami belum pernah menghitung pasti. Namun, untuk muara mencapai 100 hektar. Kemudian saat keluar di laut, tailing halus seperti tepung itu, terbawa aliran aliran menuju arah timur. Itu tak terhitung daya jangkaunya.” katanya.

fotosintesis


Pengertian Fotosintesis - Proses dan Reaksi









Fotosintesis (dari bahasa Yunani φώτο- [fó̱to-], "cahaya," dan σύνθεσις [sýnthesis], "menggabungkan", "penggabungan") adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang mengandung zat hijau daun atau klorofil. Selain tumbuhan berklorofil, makhluk hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis adalah alga dan beberapa jenis bakteri. Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara, karbon dioksida, dan air serta bantuan energi cahaya matahari.

Organisme fotosintesis disebut fotoautotrof karena mereka dapat membuat makanannya sendiri. Pada tanaman, alga, dan cyanobacteria, fotosintesis dilakukan dengan memanfaatkan karbondioksida dan air serta menghasilkan produk buangan oksigen. Fotosintesis sangat penting bagi semua kehidupan aerobik di Bumi karena selain untuk menjaga tingkat normal oksigen di atmosfer, fotosintesis juga merupakan sumber energi bagi hampir semua kehidupan di Bumi, baik secara langsung (melalui produksi primer) maupun tidak langsung (sebagai sumber utama energi dalam makanan mereka), kecuali pada organisme kemoautotrof yang hidup di bebatuan atau di lubang angin hidrotermal di laut yang dalam. Tingkat penyerapan energi oleh fotosintesis sangat tinggi, yaitu sekitar 100 terawatt, atau kira-kira enam kali lebih besar daripada konsumsi energi peradaban manusia. Selain energi, fotosintesis juga menjadi sumber karbon bagi semua senyawa organik dalam tubuh organisme. Fotosintesis mengubah sekitar 100–115 petagram karbon menjadi biomassasetiap tahunnya.

Meskipun fotosintesis dapat berlangsung dalam berbagai cara pada berbagai spesies, beberapa cirinya selalu sama. Misalnya, prosesnya selalu dimulai dengan energi cahaya diserap oleh protein berklorofil yang disebut pusat reaksi fotosintesis. Pada tumbuhan, protein ini tersimpan di dalam organel yang disebut kloroplas, sedangkan pada bakteri, protein ini tersimpan pada membran plasma. Sebagian dari energi cahaya yang dikumpulkan oleh klorofil disimpan dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Sisa energinya digunakan untuk memisahkan elektron dari zat seperti air. Elektron ini digunakan dalam reaksi yang mengubah karbondioksia menjadi senyawa organik. Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, ini dilakukan dalam suatu rangkaian reaksi yang disebut siklus Calvin, namun rangkaian reaksi yang berbeda ditemukan pada beberapa bakteri, misalnya siklus Krebs terbalik pada Chlorobium. Banyak organisme fotosintesis memiliki adaptasi yang mengonsentrasikan atau menyimpan karbondioksida. Ini membantu mengurangi proses boros yang disebut fotorespirasi yang dapat menghabiskan sebagian dari gula yang dihasilkan selama fotosintesis.

Organisme fotosintesis pertama kemungkinan berevolusi sekitar 3.500 juta tahun silam, pada masa awal sejarah evolusi kehidupan ketika semua bentuk kehidupan di Bumi merupakan mikroorganisme dan atmosfer memiliki sejumlah besar karbondioksida. Makhluk hidup ketika itu sangat mungkin memanfaatkan hidrogen atau hidrogen sulfida—bukan air—sebagai sumber elektron.[7] Cyanobacteria muncul kemudian, sekitar3.000 juta tahun silam, dan secara drastis mengubah Bumi ketika mereka mulai mengoksigenkan atmosfer pada sekitar 2.400 juta tahun silam. Atmosfer baru ini memungkinkan evolusi kehidupan kompleks seperiprotista. Pada akhirnya, tidak kurang dari satu miliar tahun silam, salah satu protista membentuk hubungan simbiosis dengan satu cyanobacteria dan menghasilkan nenek moyang dari seluruh tumbuhan dan alga.Kloroplas pada Tumbuhan modern merupakan keturunan dari cyanobacteria yang bersimbiosis ini.

Proses fotosintesis terus diselidiki karena ada sejumlah tahap yang belum dapat dijelaskan secara ilmiah meskipun sudah banyak yang diketahui tentang proses vital ini. Proses fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang ilmu pengetahuan alam utama, seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri. Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dibagi dua bagian utama yaitu reaksi terang (memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida).
1. Reaksi Terang
Reaksi terang merupakan proses menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2 yang memerlukan molekul air. Proses ini dimulai dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena. Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nanometer) dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau (500-600 nanometer). Cahaya hijau ini akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna hijau. Fotosintesis menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang cahaya dengan panjang tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek menyimpan lebih banyak energi. Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpulkan pada pusat-pusat reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I 700 nanometer. Kedua fotosistem ini bekerja secara simultan dalam fotosintesis dan saling memperkuat.
2. Reaksi Gelap
ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu proses biokimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang mengikat karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian menjadi gula seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap (tanpa cahaya).

Cahaya yang mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II akan membuatnya melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron. Energi elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP, satuan pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada tumbuhan dan alga, kekurangan elektron ini dipenuhi elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil. Hasil ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen. Oksigen dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari karbon dioksida. Pendapat ini pertama kali diungkapkan oleh C.B. van Neil yang mempelajari bakteri fotosintetik pada tahun 1930-an. Bakteri fotosintetik, selain sianobakteri, menggunakan tidak menghasilkan oksigen karena menggunakan ionisasi sulfida atau hidrogen.
Pada saat yang sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I, melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron yang akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH.

Hutan Hujan Tropis



Hutan hujan tropis terletak di daerah tropis dan mendapat sinar matahari sepanjang tahun. Di bumi terdapat tiga bagian hutan tropis yang luas yaitu : Di Benua Amerika, terkenal dengan Hutan Amazon, di Afrika terdapat hutan tropis Zaire dan sekitarnya. Sedangkan di Asia terdapat Hutan tropis yang luas di daerah Indonesia dan Malaysia. Hutan tropis hampir mencakup 30 % luas daratan di permukaan bumi. Namun sayang, pengurangan luas hutan tropis terus terjadi secara drastis. Di Indonesia saja kerusakan hutan tropis setiap tahun diperkirakan 1,6 juta sampai 2 juta. Hutan tropis Brasil, hilang sekitar 50.000 mil persegi dalam jangka waktu 5 tahun terakhir.


Pencegahan kerusakan hutan dengan membatasi penebangan pohon-pohon. Penebangan terkendali untuk memanen hasil hutan kayu dilakukan di beberapa negara, dengan mempergunakan berbagai jenis sistem silvikultur. Salah satu sistem yang banyak dipakai adalah sistem tebang pilih atau selective logging, namun bila pelaksanaan di lapangan jauh dari recana yang telah ditetapkan maka penebangan dapat mengakibatkan kerusakan hutan. Penebangan sesuai rencana dapat membantu proses regenerasi hutan dengan membuka rumpang-rumpang yang memberikan cahaya optimal bagi keberlangsungan hidup permudaan alam.

Hutan hujan tropis sangat rentang terhadap kerusakan, selain lingkungan tanah yang terkenal dengan "miskin hara", juga rentang terhadap gangguan manusia dan hama. Bahaya yang sangat nyata akibat kerusakan hutan adalah banjir pada saat musim hujan dan kekeringan pada saat musim kemarau. Hutan hujan tropis membantu penyerapan air hujan yang jatuh dan menyimpannya di sela-sela perakaran. Hutan mengalami proses transpirasi yaitu menguapnya air ke udara bebas. Proses penguapan yang terjadi pada sebuah pohon sekitar 760 liter air per tahun yang akan membentuk awan. Bahkan bila tidak ada hujan yang turun, hutan tetap terjaga kelembabannya.

Kepunahan spesies-spesies endemik akibat kerusakan hutan tropis masih terus berlangsung. Banyak spesies yang belum dapat diidentifikasi sudah lenyap dari permukaan bumi dan mungkin saja spesies-spesies tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Manfaat lain dari hutan hujan tropis merupakan sumber makanan, kosmetik, dan obat-obatan. Saat ini banyak yang tertarik pada kegiatan "bioprospecting" yaitu suatu kegiatan usaha peluang bisnis mencari dan meneliti sumber makanan, kosmetik dan obat-obatan di dalam hutan hujan tropis. National Cancer Institute (NCI) menyebutkan sekitar 70 % obat anti kanker yang berasal dari tanaman ditemukan pada hutan hujan tropis. Sebuah perusahaan farmasi sedang mengembangkan obat baru yang dapat menyembuhkan HIV, dan tumbuhan tersebut ditemukan di hutan Kalimantan.

Teknik Kimia

Senin, 05 Januari 2015

Sidharta Budha Gautama adalah Nabi DzulQifli

Benarkah Buddha adalah Nabi Zulkifli a.s? Apakah bukti Buddha adalah Nabi Zulkifli? Kalau kita simak dan pelajari riwayat hidup kedua-dua tokoh ini, maka ada kemungkinan 90 % mereka adalah orang yang sama.

1. Menurut Abu’l Kalam Azad (seorang Urdu scholar), Sang Buddha (Buddha Shakyamuni) yang dikenal sebagai guru suci bagi umat Buddha tidak lain adalah Nabi Zulkifli as, yg dalam Al-Quran disebut sebagai Nabi yg mempunyai tingkat kesabaran yang tinggi, dan sangat baik. Dalam bahasa Arab Zulkifli sendiri berarti “orang yg berasal dari Kifl”. Sedangkan Kifl itu sendiri, masih menurut Kalam Azad, merupakan nama Arab untuk Kapila (singkatan dari Kapilavastu).

2. Buddha Maitreya yang dikenal dalam agama Buddha sebagai “Buddha yang akan datang” menurut beberapa analisa tidak lain adalah Nabi Muhammad saw. Dalam kitab Chakkavatti Sinhnad Suttanta D. III, 76 bisa ditemui: “There will arise in the world a Buddha named Maitreya (the benevolent one) a holy one, a supreme one, an enlightened one, endowed with wisdom in conduct, auspicious, knowing the universe“.

SIAPAKAH NABI ZULKIFLI

Zulkifli bermaksud sanggup menjalankan amanah raja. Menurut cerita, raja di negeri itu sudah lanjut usia dan ingin mengundurkan diri daripada menjadi pemerintah, tetapi beliau tidak mempunyai anak.

Justeru, raja itu berkata di khalayak ramai:”Wahai rakyatku! Siapakah antara kamu yang sanggup berpuasa pada waktu siang dan beribadah pada waktu malam. Selain itu, sentiasa bersabar ketika menghadapi urusan, maka akan aku serahkan kerajaan ini kepadanya.”

Tiada seorang pun menyahut tawaran raja itu. Sekali lagi raja berkata:”Siapakah antara kamu yang sanggup berpuasa pada waktu siang dan beribadah pada malamnya serta sanggup bersabar?”

Sejurus itu, Basyar dengan suara yang lantang menyatakan kesanggupannya. Dengan keberanian dan kesanggupan Basyar melaksanakan amanah itu beliau diberi gelaran Zulkifli.

Baginda juga adalah nabi yang cukup sabar seperti firman Allah, bermaksud:
“Ismail, Idris dan Zulkifli adalah orang yang sabar dan Kami beri rahmat kepada semua karena mereka orang yang suka bersabar.”

SIAPAKAH SIDDHARTHA GAUTAMA

Pada akhir abad ketujuh S.M. (tahun 623 S.M.), lahirlah seorang yang bernama Siddhartha Gautama di bandar Kapilavastu/Kapilavathu (Kapil, lidah Arab menyebut Kafil @ Kafli). Siddhartha Gautama merupakan putera kepada Raja Suddhodana dan Permaisuri Maha Maya. Raja Suddhodana dari keturunan suku kaum Sakyas, dari keluarga kesastrian dan memerintah Sakyas berdekatan negeri Nepal. Manakala Permaisuri Maha Maya pula adalah puteri kepada Raja Anjana yang memerintah kaum Koliya di bandar Devadaha.

Sebelum kelahiran Buddha: Permaisuri bermimpi dibawa oleh 4 orang dewa ke sebuah gunung yang tinggi. Kemudian, permaisuri melihat seekor gajah putih yang cantik. Pada belalai gajah itu terdapat sekuntum bunga teratai. Gajah mengelilinginya 3 kali sebelum masuk ke dalam perut permaisuri.

MAKSUD ISTILAH BUDDHA

Dalam agama Buddha, perkataan Buddha bermaksud ‘seorang yang bijaksana’ atau ‘dia yang mendapat petunjuk’. Kadang kala istilah ini digunakan dengan maksud ‘nabi’. Gautama Buddha pernah menceritakan kedatangan seorang Antim Buddha. Perkataan Antim bermaksud ‘yang terakhir’ dan Antim Buddha bermaksud ‘nabi yang terakhir’ (Antim terakhir yang dimaksudkan ialah Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir). Pada saat kematian Gautama Buddha, beliau memberitahu perkara ini kepada pengikut setianya bernama Ananda.

Makna “Nabi” dalam bahasa Arab (berasal dari kata naba yang berarti “dari tempat yang tinggi”; karena itu orang ‘yang di tempat tinggi’ dapat melihat tempat yang jauh). Nabi dalam bahasa Arab sinonim dengan kata Buddha sebagaimana yang difahami oleh para penganut Buddha. Sinonimnya pengertian ini dapat diringkaskan sebagai “Seorang yang diberi petunjuk oleh Tuhan sehingga mendapat kebijaksanaan yang tinggi menggunung”.

RINGKASAN KISAH SIDDARTHA GAUTAMA

Kelahiran Bodhisatta (Bodhisattva, bakal Buddha atau bakal mencapai Pencerahan) pada tanggal 623 S.M. pada bulan purnama Vesak. Selepas sahaja Bodhisatta dilahirkan, Permaisuri Maha Maya mangkat selepas tujuh hari melahirkan anak.

Pada hari kelahiran Bodhisatta telah disadari secara ghaib oleh seorang tua yang sedang bertapa di kaki gunung Himalaya yang digelar Asita Bijaksana (nama asalnya Kala Devala). Asita bergegas ke istana pada keesokannya untuk melihat dan menilik putera Raja Suddhodana.

Asita mendapati terdapat 32 tanda utama dan 80 tanda kecil menunjukkan Bodhisatta bakal menjadi Manusia Agung dan Guru Agung kepada manusia dan dewa-dewa (i.e. Jin dan Malaikat, kelemahan umat Hindu dan Buddha ialah tidak dapat bedakan antara Jin dan Malaikat yang keduanya dipanggil DEWA-DEWA).

Asita menangis karena sedih tidak sempat mendengar ucapan dan pengajaran Buddha di masa akan datang, beliau kemudian berlutut tunduk hormat kepada bayi Bodhisatta.

Kenyataan terakhir Asita ialah Bodhisatta hanya akan menjadi salah satu dari dua yaitu sekiranya ia kekal membesar dalam istana dia akan menjadi Maharaja Agung manakala kalau dia berjaya lari dari istana maka dia akan menjadi Mahaguru Agung.

Upacara menamakan putera raja diadakan pada hari kelima selepas Boddhisatta dilahirkan. Pada akhir majlis itu, 108 orang bijaksana memutuskan nama yang sesuai untuk putera raja iaitu SIDDHARTHA GAUTAMA yang membawa maksud ‘Cita-Cita Terkabul’.

Siddhartha kemudian membesar di istana dan belajar kepada seorang guru istana bernama Sirva Mitra. Beliau menjadi pelajar yang luar biasa pintar dan mahir dengan ilmu ketenteraan. Yang menjadi keheranan kepada orang disekeliling dan gurunya ialah sifat Siddharta yang sensitif terhadap penganiayaan hingga tidak ada seorang pun yang beliau lihat menganiaya binatang kecuali mencegahnya serta merta.

Malah beliau sangat bersedih melihat para petani berkerja keras membajak tanah dibawah terik matahari menyebabkannya lari ketempat lain ke sebuah pohon (Tiin-Bodhi) dan duduk di sana secara bertafakur (samadhi) untuk membuang stress.

PERSAMAAN NABI ZULKIFLI DENGAN SIDDARTHA GAUTAMA

Maka berbalik kepada maudhu’ perbahasan, benarkah Buddha itu disebut dalam Al-Qur’an? Sebenarnya tidak ada kata-kata “Buddha” dalam Al-Qur’an, namun menurut Dr. Alexander Berzin bahawa terdapat catatan para sejarawan dan peneliti yang mengaitkan beberapa ayat Al-Qur’an dengan Sang Buddha, yaitu pada maksud ayat;

“Demi (buah) Tin (fig) dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang aman, sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu? Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?”(At-Tin 95 : 1)

Beliau menjelaskan bahwa buah Zaitun melambangkan Jerusalem, Isa a.s. (Jesus, Kristian). Bukit Sinai melambangkan Musa a.s. dan Yahudi. Kota Mekah pula menunjukkan Islam dan Muhammad SAW. Manakala pohon Tin (fig) pula melambangkan apa?

Tin (fig) = Pohon Bodhi

Pohon Bodhi adalah tempat Buddha mencapai Pencerahan Sempurna. Al-Qasimi di dalam tafsirnya berpendapat bahawa sumpah Allah SWT dengan buah tin yang dimaksud ialah pohon Bodhi. Prof. Hamidullah juga berpendapat sama dengan al-Qasimi bahawa perumpamaan pohon (buah) tin (fig) di dalam Al-Qur’an ini menunjukkan Buddha itu sendiri, maka dari sinilah mengapa sebahagian ilmuan Islam meyakini bahawa Buddha telah diakui sebagai nabi di dalam agama Islam.

Manakala Hamid Abdul Qadir, seorang sejarawan abad ke-20 mengatakan dalam bukunya Buddha Yang Agung: Riwayat dan Ajarannya (Arab: Budha al-Akbar Hayatuh wa Falsaftuh), menjelaskan bahawa Buddha adalah nabi Dhul-Kifl, yang bererti “ia yang berasal dari Kifl”. Nabi Dhul-Kifl @ Zulkifli disebutkan 2 kali dalam Al-Qur’an:

“Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli (Dhul Kifl). Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar.” (Al-Anbiya’ 21: 85).

“Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa, dan Dzulkifli (Dhul Kifl). Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.” (Shad 38 : 48).

KESIMPULAN

“Kifl” adalah terjemahan Arab dari Kapilavastu (Kapil), tempat kelahiran Bodhisattva (Buddha). Hal ini juga yang mungkin menyebabkan Mawlana Abul Azad seorang ahli teologi Muslim abad ke-20 turut menekankan bahawa Dhul-Kifl dalam Al-Qur’an boleh jadi adalah Buddha.

Dalam sejarah Islam, Nabi Zulkifli a.s. adalah antara nabi yang mempunyai cerita yang paling sedikit dibicarakan. Hal ini mungkin menjadi faktor kepada sebahagian ulama’ menyamakan watak Dzul-Kifli dalam Al-Qur’an dengan Buddha yang secara kebetulan banyak persamaan sekiranya disuaikan.

Yang menarik perhatian saya ialah mengenai surah at-tin (the fig). Allah berfirman mengenai pokok/buah tin, pokok/buah zaitun, bukit sinai dan kota mekah. Mekah dikaitkan dgn Nabi Muhammad s.a.w., Bukit Sinai dengan Nabi Musa, zaitun dengan Nabi Isa a.s., dan siapa pula dikaitkan dengan buah atau pokok tin?

Dikatakan dalam sejarah bahawa Gautama Buddha duduk bawah pokok tin. Kalau ikut istilah islam, dia dapat wahyu masa duduk bawah pokok tersebut. Ikut tulisan orang Buddhist, dia dapat ilham masa duduk bawah pokok tersebut.

Bila Allah berfirman :“Wattiini wazaitun. watuurisinina wahazal baladil amin.”
Allah menyebut perihal Nabi-Nabi-Nya. Tiin (Nabi Zulkifli-Buddha), Zaitun (Nabi Isa a.s), Siniina- bukit Sinai (Nabi Musa) dan Baladil amin -Tanah yang aman dan selamat (Mekah)- Nabi Muhammad saw. ia ikut urutan, hebatnya Qur’an sebagai kalimat Tuhan susunan sejarah riwayat Nabi-Nya. Mari kita sama-sama fikirkan. HANYA ALLAH YANG MAHA MENGETAHUI.