ABSTRAK
Pengeringan sering dipakai
dan digunakan dalam industry - industri, karena mempunyai keuntungan yang
khusus bagi industry - industri tersebut. Salah satu manfaat proses pengeringan
dapat meningkatkan nilai guna suatu bahan, mengatasi kemungkinan terjadinya
korosi serta mengurangi biaya pengemasan dan transportasi. Oleh karena itu,
percobaan Tray Dryer ini perlu dilakukan. Adapun tujuan dari percobaan ini adalah
membuat kurva pengeringan untuk suatu padatan basah yang dikeringkan dengan
udara yang mempunyai suhu dan kelembaban tetap, memperlihatkan pengaruh
kecepatan udara terhadap laju pengeringan suatu padatan basah dalam udara yang
berkecepatan tetap serta
memperlihatkan pengaruh suhu udara terhadap laju pengeringan suatu padatan
basah dalam udara yang berkecepatan tetap. Percobaan
dilakukan dengan memotong pear sesuai ukuran, lalu dimasukkan 2 potong pear untuk setiap tray, pear dan tray kemudian ditimbang, kontrol udara (KU) dan kontrol suhu (KS)
diatur, dicatat berat sampel, temperatur kering masuk (Td1),
temperatur basah masuk (Tw1), temperatur kering keluar (Td2)
dan temperatur basah keluar (Tw2) untuk setiap selang waktu 4 menit
sampai berat pear konstan. Sampel
yang digunakan dalam percobaan ini adalah pear
dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 0,5 cm serta kontrol udara (KU) dan kontrol suhu
(KS) : Run I, KU = 6 dan KS = 7 ; Run II, KU = 7 dan KS = 7. Adapun peralatan
yang digunakan adalah tray dryer dan termometer. Hasil akhir yang
diperoleh adalah berat konstan pear pada run I adalah 2,2 gram pada baki I, 2
gram pada baki II dan 2,9 gram pada baki III serta pada run II adalah 3,6 gram
pada baki I, 2,5 gram pada baki II dan 2,4 gram pada baki III. Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh
kandungan moisture content akhir pada
run I sebesar 0,0034 kg H2O/ kg padatan dan run II sebesar 0,0016 kg H2O/ kg
padatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengeringan
Proses
pengeringan merupakan proses perpindahan panas dari sebuah permukaan benda
sehingga kandungan air pada permukaan benda berkurang. Perpindahan panas dapat
terjadi karena adanya perbedaan temperatur yang signifikan antara dua
permukaan. Cabinet Dryer tergolong
alat pengering langsung, dimana media pemanas berkontak akrab dengan bahan
basah yang akan dikeringkan. Cairan dalam bahan basah akan menguap terbawa
bersama media pemanas yaitu udara panas atau gas panas (Silvianita, 2010).
Proses
pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan pindah massa
yang terjadi secara bersamaan. Pertama - tama panas harus ditransfer dari
medium pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapan air, uap air yang
terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium sekitarnya. Proses
ini akan menyangkut aliran fluida di mana cairan harus ditransfer melalui
struktur bahan selama proses pengeringan berlangsung. Jadi panas harus
disediakan untuk menguapkan air dan air harus mendifusi melalui berbagai macam
tahanan agar supaya dapat lepas dari bahan dan berbentuk uap air yang bebas
(Rachmawan, 2001).
2.2
Istilah - Istilah Dalam Proses Pengeringan
·
Air Bebas
Air
yang berada di permukaan benda padat dan sifatnya mudah diuapkan.
·
Air Terikat
Air
yang terikat secara fisik menurut sistem kapiler atau air absorpsi karena
adanya tenaga penyerapan.
·
Air Terikat secara
Kimia
Air
yang terikat secara kimia yang berupa air kristal dan air yang terikat dalam
sistem dispersi koloid.
·
Aktivitas air (Aw)
Banyaknya
air seimbang dengan tekanan uap udara sekitar ditinjau dari ketersediaan bagi
jasad renik.
·
Basis basah
Persen
bobot air yang terkandung pada komoditas dibandingkan terhadap bobot komoditas
seluruhnya, yaitu bobot bahan kering ditambah bobot air yang terkandung.
·
Basis kering
Persen
bobot air yang terkandung pada komoditas dibantingkan terhadap bobot bahan
kering.
·
Bobot Jenis
Nisbah
antara bobot per satu satuan volume.
·
Kelembaban relatif
Perbandingan
antara tekanan parsial uap air terhadap tekanan uap jenuh pada suhu tertentu.
·
Kelembaban mutlak
Besaran
yang digunakan untuk menentukan jumlah uap air di udara.
·
Kesetimbangan Materi
Perbandingan bahan masuk dan bahan
keluar, termasuk bagian - bagian dalam setiap proses seperti rendemen, proporsi
campuran, kehilangan dalam proses, komposisi bahan awal dan bahan akhir sebagainya.
·
Psikrometer putar
Alat
pengukur suhu dan kelembaban menggunakan prinsip suhu bola basah dan bola kering
dengan cara diputar.
·
Psychrometer
Chart
Carta yang memuat grafik suhu bola
basah dan bola kering, kurva kelembaban nisbi, dan kandungan udara pada berbagai suhu dan kelembaban
tersebut.
·
Vakum
Keadaan
dimana tidak ada udara dalam suatu kemasan/wadah
(Supriyono,
2003).
2.3 Faktor - Faktor dalam Proses Pengeringan
Prinsip pengeringan biasanya akan
melibatkan dua kejadian yaitu :
(1) Panas harus diberikan pada bahan, dan
(2) Air harus dikeluarkan dari
bahan.
Dua
fenomena ini menyangkut pindah panas ke dalam dan pindah massa ke luar.
Yang dimaksudkan dengan pindah massa
adalah pemindahan air keluar dari bahan pangan. Dalam pengeringan pangan
umumnya diinginkan kecepatan pengeringan yang maksimum, oleh karena itu semua
usaha dibuat untuk mempercepat pindah panas dan pindah massa.
Perpindahan panas dalam proses pengeringan
dapat terjadi melalui dua cara yaitu pengeringan langsung dan pengeringan tidak
langsung. Pengeringan langsung yaitu sumber panas berhubungan dengan bahan yang
dikeringkan, sedangkan pengeringan tidak langsung yaitu panas dari sumber panas
dilewatkan melalui permukaan benda padat (conventer) dan konventer tersebut
yang berhubungan dengan bahan pangan.
Gambar 2.1 Proses pemindahan panas ke bahan
Setelah
panas sampai ke bahan pangan maka air dari sel - sel bahan pangan akan bergerak
ke permukaan bahan kemudian keluar. Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan
selama pengeringan adalah sebagai berikut:
1.
Air bergerak melalui tekanan kapiler.
2. Penarikan air disebabkan oleh perbedaan
konsentrasi larutan disetiap bagian bahan.
3. Penarikan
air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi dari lapisan-lapisan permukaan
komponen padatan dari bahan.
4. Perpindahan
air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan tekanan uap.
Faktor - faktor yang berpengaruh
dalam kecepatan pengeringan tersebut adalah:
a. Luas Permukaan
Air
menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah akan
merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk mempercepat
pengeringan umumnya bahan pangan
yang akan dikeringkan dipotong - potong atau diiris - iris terlebih dulu. Hal
ini terjadi karena:
(1) Pemotongan
atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan dan permukaan
yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan sehingga air mudah keluar.
(2) Potongan - potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana panas harus bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga akan mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut.
Gambar 2.2
Luas Permukaan Bahan
b. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula penghilangan air dari bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang. Jadi dengan semakin tinggi suhu pengeringan maka proses pengeringan akan semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan, akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut Case Hardening, yaitu suatu keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah.
Gambar 2.3
Perbedaan Suhu Sekitar
c. Kecepatan Aliran Udara
Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari permukaan bahan pangan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara disekitar tempat pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin cepat, yaitu semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan.
Gambar 2.4 Kecepatan Aliran Udara
d. Tekanan Udara
Semakin
kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk mengangkut air selama
pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan berarti
kerapatan udara makin berkurang
sehingga uap air dapat lebih banyak tetampung dan disingkirkan dari bahan
pangan. Sebaliknya jika tekanan udara semakin besar maka udara disekitar
pengeringan akan lembab, sehingga kemampuan menampung uap air terbatas dan
menghambat proses atau laju pengeringan (Supriyono, 2003).
2.4
Macam
- Macam Teknik Pengeringan
1. Pengeringan dengan udara dan dengan
panas
- Pengeringan di bawah sinar
matahari dan ditempat teduh
Pengeringan
ini tidak secara langsung dikeringkan di bawah sinar matahari namum dilakukan
ditempat yang teduh, dimana bahan disebarkan diatas nampan lemari atau kotak.
Contoh : pengeringan tumbuhan obat.
- Pengeringan dengan sinar infra
merah
Sinar
infra merah (λ > 760 nm) memiliki efek yang didominasi oleh kerja panasnya.
Sinar infra merah mampu menembus sampai bidang dasar sehingga absorbsinya
merata di seluruh lapisan yang akan dikeringkan.
- Pengeringan dengan bahan
pengering
Untuk
pengeringan dalam skala kecil digunakan eksikator yang berisi bahan pengering.
Umumnya yang digunakan gel silika terutama silika biru.
- Lemari pengering
Untuk
melakukan pengeringan dengan suhu yang tinggi digunakan lemari pengering. Jenis
bangunnya sangat bervariasi dan dapat dipanaskan secara elektrik, memiliki alat
pengatur suhu udara panas akan bergerak keruang sebelah dalam diatas nampan
yang berisi bahan yang akan dikeringkan.
- Pengeringan di dalam kanal,
tong dan silinder pejal
Pengeringan
dilakukan dengan melewatkan bahan ke dalam kanal yang dipanaskan dengan uap
panas sacara kontinyu. Juga pengering tong, dimana bahan akan dikeringkan
dengan pengaduk. Misalnya pengering siput, pengering sudu dan pengering palung.
Pengering silinder pejal cocok untuk pengeringan materi kental seperti esktrak.
Pengeringan dilakukan pada permukaan silinder pajal yang diuap panaskan.
2. Pengeringan
bekuan
Pengeringan bekuan atau
liofilisasi (freezing - drying)
merupakan salah satu cara pengeringan untuk bahan obat yang termolabil. Metode
ini digunakan khususnya untuk mengeringkan antibiotika, vitamin, hormon, plasma
darah, serum, bahan pengimun, bagian dari tumbuhan dan bahan peka yang sejenis.
Prinsip dasar pengeringan bekuan adalah bahwa air dalam kondisi membeku masih
memiliki tekanan uap, oleh karena itu dapat dihilangkan dari sistem melalui
cara sublimasi.
3. Pengeringan melalui frekuensi tinggi
Bahan pada pengeringan
ini diletakkan pada sebuah bidang ganti kondensor elektris, dimana terjadi
aliran geser elektris di dalam bahan yang secara teratur memanaskannya. Suplai
panas dapat diatur melalui tegangan frekuensi tinggi pada generator atau
melalui celah udara di antara bahan dengan elektroda.
4. Pengering melalui semburan
Pengering ini
menyemburkan cairan sampai larutan sejenis pasta dan bahan basah dalam bentuk
tetesan halus ke dalam aliran udara panas, bahan - bahan akan membentuk
serpihan yang dalam waktu sedetik berubah menjadi serbuk halus. Penyemburan
berlangsung secara mekanis melalui lempeng sembur yang berputar 4000 - 50000
rpm atau secara hidrodinamik melalui pori pipa sembur dengan bantuan tekanan
cairan atau udara kencang.
5. Pengeringan melalui lapisan berpusing
Bahan pada pengeringan
ini melailui lapisan berpusing, bahn butiran lembab (ukuran butir 0.001 sampai
10 nm) yang berada pada sebuah dasar berpori diujung bawah sebuah corong,
ditiup oleh aliran udarapanasyang kencang. Dengan demikian timbunan akan
terangkat, berterbangan, menjadi longgar, dan secara kontinyu saling bercampur
pada kecepatan aliran yang cukup tinggi (Sari dkk, 2012).
2.5 Alat - Alat
Mekanis yang Digunakan dalam Pengeringan
1.
Spray dryer
Pengeringan semprot atau spray
drying merupakan jenis pengeringan tertua dan sering dipakai dalam industri
farmasi. Cara ini digunakan untuk mengubah pasta, bubur atau cairan dengan
viskositas rendah menjadi padatan kering. Pengeringan dengan cara ini mampu
meminimalisir interupsi karena selama bahan cair yang akan dikeringkan
tersedia, maka proses pengeringan akan tetap berjalan secara kontinyu dan produk
berupa padatan kering akan terus terbentuk. Dalam beberapa kasus, pengeringan
menggunakan cara ini dapat beroperasi selama bulan tanpa perlu dihentikan.
Proses pengeringan semprot berlangsung dalam waktu yang sangat singkat, hanya
beberapa milidetik hingga beberapa detik tergantung jenis peralatan dan kondisi
pengeringan. Hal ini memberi keuntungan bagi bahan yang sensitif terhadap
panas. Selain itu mengurangi resiko terjadinya korosi dan abrasi karena
minimnya waktu kontak antara peralatan dengan bahan yang dikeringkan.
Pengeringan dengan cara ini sangat cost-efective terutama untuk produk
dalam jumlah besar selain bisa dioperasikan secara automatis dengan bantuan
komputer. Keterbatasan pengeringan dengan cara ini ialah tak dapat digunakan
untuk menghasilkan produk granul kering berukuran rata-rata diatas 200 µm.
Gambar
2.5 Ilustrasi Proses Pengeringan dengan
Cara Pengeringan Semprot
2. Fluidized bed dryer
Fluidized bed dryer adalah sistem pengeringan yang
diperutukan bagi bahan berbobot relatif ringan, misalnya serbuk dan ganular.
Prinsipnya bahan yang akan dikeringkan dialiri dengan udara panas yang
terkontrol dengan volume dan tekanan tertentu, selanjutnya bagi bahan yang telah
kering karena bobotnya sudah lebih ringan akan keluar dari ruang pengeringan
menuju siklon untuk ditangkap dan dipisahkan dari udara, namun bagi
bahan/material yang halus akan ditangkap oleh pulsejet bag filter. Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam sistim
fluidized bed dryer adalah pengaturan
yang baik antara tekanan udara, tingkat perpindahan panas dan waktu
pengeringan, sehingga tidak terjadi gesekan bahan saat proses pengeringan
berlangsung. Penentuan dimensi ruang bakar, suhu yang diaplikasikan serta
volume dan tekanan udara sangat menentukan keberhasilan proses pengeringan,
sehingga perlu diketahui data pendukung untuk merancang sistem ini diantaranya
kadar air input, kadar air output, kepadatan dan ukuran bahan, panas maksimum
yang diizinkan serta sifat fisikokimianya. Metode ini cocok digunakan untuk
serbuk, butiran, aglomerat, dan pelet dengan ukuran partikel rata - rata normal
antara 50 dan 5.000 mikron. Kelebihan metode ini ialah perpindahan panas dan
kontrol terhadap ukuran partikelnya lebih baik serta pencampuran yang lebih
efisien.
Gambar
2.8 Penampang Fluidized bed dryer
3. Vacuum Dryers
Vakum ialah proses menghilangkan air
dari suatu bahan, bersama dengan penggunaan panas maka vakum dapat menjadi
suatu metode pengeringan yang efektif. Pengeringan dapat dicapai dalam suhu
yang lebih rendah sehingga lebih hemat energi. Metode ini cocok untuk
mengeringkan bahan yang sensitif terhadap panas atau bersifat volatil karena
waktu pengeringannya yang singkat. Kelebihan yang lain dari pengeringan
menggunakan vakum ialah dapat digunakan untuk mengeringkan bahan yang tak bisa
dikeringkan jika terdapat kehadiran air. Sistem ini terdiri dari ruang vakum
(bisa stationer atau berputar), pompa dengan katup dan gauge serta sumber
panas. Proses pengeringan vakum sering melibatkan beberapa langkah penerapan
panas dan vakum. Mengurangi tekanan pada permukaan cairan akan membuat cairan
tersebut menguap tanpa perlu diikuti kenaikan suhu. Ada dua tipe pengering
vakum, yaitu Double cone Rotary Vacuum Dryer dan Cylindrical shell
rotary vacuum dryer. Pada Double cone Rotary Vacuum Dryer ruang
pengering dipasang pada poros yang berputar. Proses pengeringan melibatkan
pemusingan dari ruang chamber yang memungkinkan gerakan jatuh turun. Pada Cylindrical
shell rotary vacuum dryer, di dalam ruang pengering dipasangi dengan alat
pemusing untuk mencampur dan mengaduk. Tipe ini digunakan biasanya untuk
produksi batch dalam jumlah besar.
Gambar
2.9 Penampang Double cone Rotary Vacuum Dryer
4. Flash dryers
Flash Dryer adalah sebuah instalasi alat pengering yang digunakan untuk
mengeringkan adonan basah dengan mendisintregasikan adonan tersebut kedalam
bentuk serbuk dan mengeringkanya dengan mengalirkan udara panas secara
berkelanjutan. Proses pengeringan yang terjadi di Flash dryer berlangsung dengan sangat cepat secara instan. Seperti
asal katanya flash yang berarti
kilat. Maka alat ini mengeringkan bahan yang dikeringkan dengan sangat cepat,
dalam hitungan milisekon. Flash Dryer
cocok digunakan untuk mengeringkan bahan yang sensitif terhadap panas. Flash Dryer tidak cocok digunakan
untuk material yang dapat menyebabkan erosi pada alat dan berminyak (Sari dkk,
2012).
2.6 Moisture Content
Moisture
content adalah kandungan air bahan yang dapat
dinyatakan dalam nilai % berat. Persamaan yang digunakan adalah :
% M =
(Pamuji dan Anwar, 2003)
Rasio
kelembaban (w) dapat dicari dengan mengetahui temperatur bola kering (TDB) dan
temperatur bola basah (TWB) menggunakan grafik psikrometrik. Sedangkan P
(tekanan campuran) diukur dengan manometer (Juwana dkk, 2007).
2.7 Pear
Pir
adalah sebutan untuk pohon dari genus Pyrus dengan terdapat sekitar 30
spesies. Beberapa spesies pohon pir menghasilkan buah yang enak dimakan karena
mengandung banyak air, manis dan masir. buah pir termasuk juicy fruit karena
kandungan airnya yang sangat tinggi. Buah ini beratnya rata-rata 160 gram
dengan panjang 18 cm dan lebar 8 cm. Kandungan air dalam pear 84,04 %wb. Bentuk buah beranekaragam, sebagian besar spesies menghasilkan
buah berbentuk bulat, tetapi ada juga yang bentuknya membesar di bagian bawah
dan langsing di bagian pangkal buah (Wijaya, 2008).
Adapun
kandungan air pada buah pear adalah 84,04 %wb (Ozturk dkk, 2009).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
1. Pear
Fungsi : sebagai sampel yang diukur moisture content-nya.
2.
Kapas
Fungsi : untuk mengetahui Tw pada
termometer.
3.2 Peralatan Percobaan
1. Tray Dryer
Fungsi : alat utama yang digunakan untuk mengukur moisture content sampel.
2. Neraca digital
Fungsi : sebagai alat untuk mengukur massa zat yang dikeringkan.
3. Baki
Fungsi : untuk meletakkan bahan yang akan dikeringkan.
4. Pisau
Fungsi : untuk memotong bahan sesuai ukuran yang diinginkan.
5. Termometer
Fungsi : untuk mengetahui Tw dan Td.
3.3 Prosedur Percobaan
1. Pear dipotong 2 cm x 2 cm x 0,5 cm
untuk masing - masing tray.
2. Diatur kontrol udara (KU) pada level 6 dan kontrol
suhu (KS) pada level 7.
3. Ditimbang berat baki kosong.
4. Pear diletakkan didalam baki.
5. Ditimbang berat baki yang sudah diisi sampel berat
mula - mula.
6. Pear yang sudah ditimbang dimasukkan
kedalam tray.
7. Dicatat berat sampel, temperatur
kering masuk (Td1), temperatur basah masuk (Tw1),
temperatur kering keluar (Td2) dan temperatur basah keluar (Tw2)
untuk tiap selang waktu 4 menit sampai berat pear konstan.
8. Kemudian diulangi prosedur 1 hingga
4 untuk run selanjutnya.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah :
1.
Moiture content akan mengalami penurunan seiring
bertambahnya waktu sampai pada akhirnya mengalami kondisi konstan dimana pada
run I diperoleh kondisi konstan pada menit ke-88 dan pada run II diperoleh
kondisi konstan pada menit ke-52.
2.
Laju
pengeringan akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya waktu dan
berakhir pada kondisi konstan, dimana pada run I di menit ke-92 dan run II
menit ke-44.
3.
Laju
perpindahan panas akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya waktu dan
akhirnya mengalami kondisi yang setimbang dimana waktu setimbang pada run I
yaitu menit ke-84 dan pada run II menit ke-52.
4.
Laju
pengeringan akan semakin menurun seiring dengan berkurangnya nilai moisture content. Laju pengeringan
tertinggi pada run I sebesar 25 gr/m2 menit dan pada run II sebesar
20,833 gr/m2 menit.
5.
Pengeringan
sangat dipengaruhi oleh suhu, waktu, luas permukaan, kecepatan udara dan
kelembaban udara.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan antara lain adalah :
1.
Sebaiknya
percobaan digunakan variabel yang berbeda untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
percobaan.
2.
Sebaiknya
kecepatan udara yang bergerak ditambah agar tidak terbentuk udara jenuh yang
dapat memperlambat proses penghilangan air.
3.
Disarankan
agar baki yang digunakan memiliki tinggi yang tidak jauh berbeda dengan tinggi
sampel karena hal ini dapat menyebabkan distribusi udara atau panas yang kurang
baik sehingga dapat menurunkan kinerja pengeringan.
4.
Sampel yang
akan dikeringkan diratakan dan disebarkan terlebih dahulu dengan jarak yang
tidak terlalu dekat disepanjang permukaan baki sehingga proses pengeringan
terjadi secara merata.
Fadilah, Sperisa Distantina, Dhian Budi
Pratiwi dan Rahmah Muliapakarti. 2010. Pengaruh
metoda Pengeringan Terhadap Kecepatan Pengeringan Dan Kualitas Karagenan Dari Rumpu
Laut Eucheuma Cottonii. Fakultas teknik, Teknik Kimia. Universitas
Dipenogoro : Semarang.
Heriana, Bella Martha., Asih
Fitri Rohani dan Sri Afriani M. 2009. Teknik
Pengeringan Sediaan Farmasi. http://tsffaunsoed2009.wordpress.
com/ 2012 /05/
23/ teknik
– pengeringan - sediaan -
farmasi. Diakses pada : 8 November 2012.
Juwana, Wibawa Endra., Suyitno dan Tri
Istanto. 2007. Koefisien Difusi Pada Proses Pengeringan Kayu Mahoni Di Sekitar
Kandungan Air Kritik. Gema Teknik – Nomor 1/Tahun X Januari 2007.
Maskan, Madeni. Drying, Srinkage and Rehydration
Characteristic of Kiwi Fruits During Hot Air and Microwave. Journal of Food
Engineering. Vol 48 hal : 177 – 181. 2001.
Mujumdar, Arun S. Handbook of Industrial Drying. Edisi
Ketiga. Taylor and Francis Group, uc: Singapore, 2006.
Ozturk, Ismail., Sezai Ercisli, Fatih
Kalkan dan Bunyamin Demir. 2009. Some
Chemical and Physico – Mechanical Properties of Pear Cultivars. African
Journal of Biotechnology Vol. 8 (4), pp. 687-693, 18.
Pamuji, Gigih Imam dan Anwar, Moch Fauzi. Studi Laju Pengeringan Garam. Jurusan
Teknik Kimia, FT-ITS : Semarang.
Rachmawan, Obin. 2001. Pengeringan, Pendinginan dan Pengemasan Komoditas Pertanian.
Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
Richardson, J. F dan J. H.
Harker . 2002. Chemical Engineering. Edisi Kelima. Butterwort Heinemann : Oxford.
Sari, Sagita Savita., Rizky Novasri dan Yohan Budi
Alim. Mengenal Metode Pengeringan Dalam
Bidang Farmasi. Universitas Jenderal Soedirman : Purwokerto. 2012.
|
Silvianita, Devi. Pengaruh
Variasi Suhu Pengeringan Dengan Cabinet Dryer Terhadap Kadar Air Yang Terdapat
Pada Cabai Merah Keriting. L0C007041 : 2010.
Supriyono. 2003. Mengukur
Faktor-Faktor Dalam Proses Pengeringan. Direktorat Pendidikan Nasional :
Indonesia.
Taslim dan Iriany. 2012. Operasi Teknik Kimia. Medan : Sumatera Utara.
Wijaya, Bella Arum. 2008. Perbandingan Efek Antibakteri Dari Jus Pir
(Pyrus Breschneideri) Terhadap Streptococcus Mutans Pada Waktu Kontak Dan
Konsentrasi yang Berbeda. Semarang : Universitas Dipenogoro.