Sabtu, 28 November 2015

Tray dryer

ABSTRAK

Pengeringan sering dipakai dan digunakan dalam industry - industri, karena mempunyai keuntungan yang khusus bagi industry - industri tersebut. Salah satu manfaat proses pengeringan dapat meningkatkan nilai guna suatu bahan, mengatasi kemungkinan terjadinya korosi serta mengurangi biaya pengemasan dan transportasi. Oleh karena itu, percobaan Tray Dryer ini perlu dilakukan. Adapun tujuan dari percobaan ini adalah membuat kurva pengeringan untuk suatu padatan basah yang dikeringkan dengan udara yang mempunyai suhu dan kelembaban tetap, memperlihatkan pengaruh kecepatan udara terhadap laju pengeringan suatu padatan basah dalam udara yang berkecepatan tetap serta memperlihatkan pengaruh suhu udara terhadap laju pengeringan suatu padatan basah dalam udara yang berkecepatan tetap. Percobaan dilakukan dengan memotong pear sesuai ukuran, lalu dimasukkan 2 potong pear untuk setiap tray, pear dan tray kemudian ditimbang, kontrol udara (KU) dan kontrol suhu (KS) diatur, dicatat berat sampel, temperatur kering masuk (Td1), temperatur basah masuk (Tw1), temperatur kering keluar (Td2) dan temperatur basah keluar (Tw2) untuk setiap selang waktu 4 menit sampai berat pear konstan. Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah pear dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 0,5 cm serta kontrol udara (KU) dan kontrol suhu (KS) : Run I, KU = 6 dan KS = 7 ; Run II, KU = 7 dan KS = 7. Adapun peralatan yang digunakan adalah tray dryer dan termometer. Hasil akhir yang diperoleh adalah berat konstan pear pada run I adalah 2,2 gram pada baki I, 2 gram pada baki II dan 2,9 gram pada baki III serta pada run II adalah 3,6 gram pada baki I, 2,5 gram pada baki II dan 2,4 gram pada baki III. Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh kandungan moisture content akhir pada run I sebesar 0,0034 kg H­­2O/ kg padatan dan run II sebesar 0,0016 kg H­­2O/ kg padatan.

Kata kunci: kontrol suhu, kontrol udara, pear, thermometer,  tray dryer.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Pengeringan
Proses pengeringan merupakan proses perpindahan panas dari sebuah permukaan benda sehingga kandungan air pada permukaan benda berkurang. Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya perbedaan temperatur yang signifikan antara dua permukaan. Cabinet Dryer tergolong alat pengering langsung, dimana media pemanas berkontak akrab dengan bahan basah yang akan dikeringkan. Cairan dalam bahan basah akan menguap terbawa bersama media pemanas yaitu udara panas atau gas panas (Silvianita, 2010).
Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan pindah massa yang terjadi secara bersamaan. Pertama - tama panas harus ditransfer dari medium pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapan air, uap air yang terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran fluida di mana cairan harus ditransfer melalui struktur bahan selama proses pengeringan berlangsung. Jadi panas harus disediakan untuk menguapkan air dan air harus mendifusi melalui berbagai macam tahanan agar supaya dapat lepas dari bahan dan berbentuk uap air yang bebas (Rachmawan, 2001).

2.2       Istilah - Istilah Dalam Proses Pengeringan
·         Air Bebas
Air yang berada di permukaan benda padat dan sifatnya mudah diuapkan.
·         Air Terikat
Air yang terikat secara fisik menurut sistem kapiler atau air absorpsi karena adanya tenaga penyerapan.
·         Air Terikat secara Kimia
Air yang terikat secara kimia yang berupa air kristal dan air yang terikat dalam sistem dispersi koloid.
·         Aktivitas air (Aw)
Banyaknya air seimbang dengan tekanan uap udara sekitar ditinjau dari ketersediaan bagi jasad renik.
·         Basis basah
Persen bobot air yang terkandung pada komoditas dibandingkan terhadap bobot komoditas seluruhnya, yaitu bobot bahan kering ditambah bobot air yang terkandung.
·         Basis kering
Persen bobot air yang terkandung pada komoditas dibantingkan terhadap bobot bahan kering.
·         Bobot Jenis
Nisbah antara bobot per satu satuan volume.
·         Kelembaban relatif
Perbandingan antara tekanan parsial uap air terhadap tekanan uap jenuh pada suhu tertentu.
·         Kelembaban mutlak
Besaran yang digunakan untuk menentukan jumlah uap air di udara.
·         Kesetimbangan Materi
            Perbandingan bahan masuk dan bahan keluar, termasuk bagian - bagian dalam setiap proses seperti rendemen, proporsi campuran, kehilangan dalam proses, komposisi bahan awal dan bahan akhir sebagainya.
·         Psikrometer putar
Alat pengukur suhu dan kelembaban menggunakan prinsip suhu bola basah dan bola kering dengan cara diputar.


·         Psychrometer Chart
            Carta yang memuat grafik suhu bola basah dan bola kering, kurva kelembaban nisbi, dan kandungan  udara pada berbagai suhu dan kelembaban tersebut.
·         Vakum
Keadaan dimana tidak ada udara dalam suatu kemasan/wadah
(Supriyono, 2003).

2.3       Faktor - Faktor dalam Proses Pengeringan
      Prinsip pengeringan biasanya akan melibatkan dua kejadian yaitu :
      (1) Panas harus diberikan pada bahan, dan
(2) Air harus dikeluarkan dari bahan.
Dua fenomena ini menyangkut pindah panas ke dalam dan pindah massa ke luar.
      Yang dimaksudkan dengan pindah massa adalah pemindahan air keluar dari bahan pangan. Dalam pengeringan pangan umumnya diinginkan kecepatan pengeringan yang maksimum, oleh karena itu semua usaha dibuat untuk mempercepat pindah panas dan pindah massa.
      Perpindahan panas dalam proses pengeringan dapat terjadi melalui dua cara yaitu pengeringan langsung dan pengeringan tidak langsung. Pengeringan langsung yaitu sumber panas berhubungan dengan bahan yang dikeringkan, sedangkan pengeringan tidak langsung yaitu panas dari sumber panas dilewatkan melalui permukaan benda padat (conventer) dan konventer tersebut yang berhubungan dengan bahan pangan.

                     Gambar 2.1 Proses pemindahan panas ke bahan

Setelah panas sampai ke bahan pangan maka air dari sel - sel bahan pangan akan bergerak ke permukaan bahan kemudian keluar. Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah sebagai berikut:
1.  Air bergerak melalui tekanan kapiler.
2. Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap  bagian bahan.
3.  Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi dari lapisan-lapisan permukaan komponen padatan dari bahan.
4.  Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan tekanan uap.
Faktor - faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan tersebut adalah:
a.         Luas Permukaan
Air menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk mempercepat
pengeringan umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan dipotong - potong atau diiris - iris terlebih dulu. Hal ini terjadi karena:
(1) Pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan dan  permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan sehingga air mudah keluar.

 (2) Potongan - potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana panas harus bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga akan mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut.
                                    Gambar 2.2 Luas Permukaan Bahan

b.         Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya

Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula penghilangan air dari bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang. Jadi dengan semakin tinggi suhu pengeringan maka proses pengeringan akan semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan, akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut Case Hardening, yaitu suatu keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah.
                               Gambar 2.3 Perbedaan Suhu Sekitar

c.         Kecepatan Aliran Udara

Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari permukaan bahan pangan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara disekitar tempat pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin cepat, yaitu semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan.
                                         Gambar 2.4 Kecepatan Aliran Udara
d.         Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan berarti
kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak tetampung dan disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju pengeringan (Supriyono, 2003).

2.4        Macam - Macam Teknik Pengeringan
1.      Pengeringan dengan udara dan dengan panas
  • Pengeringan di bawah sinar matahari dan ditempat teduh
Pengeringan ini tidak secara langsung dikeringkan di bawah sinar matahari namum dilakukan ditempat yang teduh, dimana bahan disebarkan diatas nampan lemari atau kotak. Contoh : pengeringan tumbuhan obat.
  • Pengeringan dengan sinar infra merah
Sinar infra merah (λ > 760 nm) memiliki efek yang didominasi oleh kerja panasnya. Sinar infra merah mampu menembus sampai bidang dasar sehingga absorbsinya merata di seluruh lapisan yang akan dikeringkan.

  • Pengeringan dengan bahan pengering
Untuk pengeringan dalam skala kecil digunakan eksikator yang berisi bahan pengering. Umumnya yang digunakan gel silika terutama silika biru.
  • Lemari pengering
Untuk melakukan pengeringan dengan suhu yang tinggi digunakan lemari pengering. Jenis bangunnya sangat bervariasi dan dapat dipanaskan secara elektrik, memiliki alat pengatur suhu udara panas akan bergerak keruang sebelah dalam diatas nampan yang berisi bahan yang akan dikeringkan.
  • Pengeringan di dalam kanal, tong dan silinder pejal
Pengeringan dilakukan dengan melewatkan bahan ke dalam kanal yang dipanaskan dengan uap panas sacara kontinyu. Juga pengering tong, dimana bahan akan dikeringkan dengan pengaduk. Misalnya pengering siput, pengering sudu dan pengering palung. Pengering silinder pejal cocok untuk pengeringan materi kental seperti esktrak. Pengeringan dilakukan pada permukaan silinder pajal yang diuap panaskan.
2.   Pengeringan bekuan
Pengeringan bekuan atau liofilisasi (freezing - drying) merupakan salah satu cara pengeringan untuk bahan obat yang termolabil. Metode ini digunakan khususnya untuk mengeringkan antibiotika, vitamin, hormon, plasma darah, serum, bahan pengimun, bagian dari tumbuhan dan bahan peka yang sejenis. Prinsip dasar pengeringan bekuan adalah bahwa air dalam kondisi membeku masih memiliki tekanan uap, oleh karena itu dapat dihilangkan dari sistem melalui cara sublimasi.
3.   Pengeringan melalui frekuensi tinggi
Bahan pada pengeringan ini diletakkan pada sebuah bidang ganti kondensor elektris, dimana terjadi aliran geser elektris di dalam bahan yang secara teratur memanaskannya. Suplai panas dapat diatur melalui tegangan frekuensi tinggi pada generator atau melalui celah udara di antara bahan dengan elektroda.
4.   Pengering melalui semburan
Pengering ini menyemburkan cairan sampai larutan sejenis pasta dan bahan basah dalam bentuk tetesan halus ke dalam aliran udara panas, bahan - bahan akan membentuk serpihan yang dalam waktu sedetik berubah menjadi serbuk halus. Penyemburan berlangsung secara mekanis melalui lempeng sembur yang berputar 4000 - 50000 rpm atau secara hidrodinamik melalui pori pipa sembur dengan bantuan tekanan cairan atau udara kencang.
5.   Pengeringan melalui lapisan berpusing
Bahan pada pengeringan ini melailui lapisan berpusing, bahn butiran lembab (ukuran butir 0.001 sampai 10 nm) yang berada pada sebuah dasar berpori diujung bawah sebuah corong, ditiup oleh aliran udarapanasyang kencang. Dengan demikian timbunan akan terangkat, berterbangan, menjadi longgar, dan secara kontinyu saling bercampur pada kecepatan aliran yang cukup tinggi (Sari dkk, 2012).

2.5       Alat - Alat Mekanis yang Digunakan dalam Pengeringan
1.                  Spray dryer
Pengeringan semprot atau spray drying merupakan jenis pengeringan tertua dan sering dipakai dalam industri farmasi. Cara ini digunakan untuk mengubah pasta, bubur atau cairan dengan viskositas rendah menjadi padatan kering. Pengeringan dengan cara ini mampu meminimalisir interupsi karena selama bahan cair yang akan dikeringkan tersedia, maka proses pengeringan akan tetap berjalan secara kontinyu dan produk berupa padatan kering akan terus terbentuk. Dalam beberapa kasus, pengeringan menggunakan cara ini dapat beroperasi selama bulan tanpa perlu dihentikan. Proses pengeringan semprot berlangsung dalam waktu yang sangat singkat, hanya beberapa milidetik hingga beberapa detik tergantung jenis peralatan dan kondisi pengeringan. Hal ini memberi keuntungan bagi bahan yang sensitif terhadap panas. Selain itu mengurangi resiko terjadinya korosi dan abrasi karena minimnya waktu kontak antara peralatan dengan bahan yang dikeringkan. Pengeringan dengan cara ini sangat cost-efective terutama untuk produk dalam jumlah besar selain bisa dioperasikan secara automatis dengan bantuan komputer. Keterbatasan pengeringan dengan cara ini ialah tak dapat digunakan untuk menghasilkan produk granul kering berukuran rata-rata diatas 200 µm.
Gambar 2.5  Ilustrasi Proses Pengeringan dengan Cara Pengeringan Semprot
Gambar 2.6 Skema proses pengeringan dengan cara pengeringan semprot
2.         Fluidized bed dryer
            Fluidized bed dryer adalah sistem pengeringan yang diperutukan bagi bahan berbobot relatif ringan, misalnya serbuk dan ganular. Prinsipnya bahan yang akan dikeringkan dialiri dengan udara panas yang terkontrol dengan volume dan tekanan tertentu, selanjutnya bagi bahan yang telah kering karena bobotnya sudah lebih ringan akan keluar dari ruang pengeringan menuju siklon untuk ditangkap dan dipisahkan dari udara, namun bagi bahan/material yang halus akan ditangkap oleh pulsejet bag filter. Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam sistim fluidized bed dryer adalah pengaturan yang baik antara tekanan udara, tingkat perpindahan panas dan waktu pengeringan, sehingga tidak terjadi gesekan bahan saat proses pengeringan berlangsung. Penentuan dimensi ruang bakar, suhu yang diaplikasikan serta volume dan tekanan udara sangat menentukan keberhasilan proses pengeringan, sehingga perlu diketahui data pendukung untuk merancang sistem ini diantaranya kadar air input, kadar air output, kepadatan dan ukuran bahan, panas maksimum yang diizinkan serta sifat fisikokimianya. Metode ini cocok digunakan untuk serbuk, butiran, aglomerat, dan pelet dengan ukuran partikel rata - rata normal antara 50 dan 5.000 mikron. Kelebihan metode ini ialah perpindahan panas dan kontrol terhadap ukuran partikelnya lebih baik serta pencampuran yang lebih efisien.
Gambar 2.7. Skema kerja Fluidized bed dryer

Gambar 2.8 Penampang Fluidized bed dryer
3.         Vacuum Dryers
Vakum ialah proses menghilangkan air dari suatu bahan, bersama dengan penggunaan panas maka vakum dapat menjadi suatu metode pengeringan yang efektif. Pengeringan dapat dicapai dalam suhu yang lebih rendah sehingga lebih hemat energi. Metode ini cocok untuk mengeringkan bahan yang sensitif terhadap panas atau bersifat volatil karena waktu pengeringannya yang singkat. Kelebihan yang lain dari pengeringan menggunakan vakum ialah dapat digunakan untuk mengeringkan bahan yang tak bisa dikeringkan jika terdapat kehadiran air. Sistem ini terdiri dari ruang vakum (bisa stationer atau berputar), pompa dengan katup dan gauge serta sumber panas. Proses pengeringan vakum sering melibatkan beberapa langkah penerapan panas dan vakum. Mengurangi tekanan pada permukaan cairan akan membuat cairan tersebut menguap tanpa perlu diikuti kenaikan suhu. Ada dua tipe pengering vakum, yaitu Double cone Rotary Vacuum Dryer dan Cylindrical shell rotary vacuum dryer. Pada Double cone Rotary Vacuum Dryer ruang pengering dipasang pada poros yang berputar. Proses pengeringan melibatkan pemusingan dari ruang chamber yang memungkinkan gerakan jatuh turun. Pada Cylindrical shell rotary vacuum dryer, di dalam ruang pengering dipasangi dengan alat pemusing untuk mencampur dan mengaduk. Tipe ini digunakan biasanya untuk produksi batch dalam jumlah besar.
Gambar 2.9 Penampang Double cone Rotary Vacuum Dryer
Gambar 2.10 Penampang Cylindrical shell rotary vacuum dryer
4.         Flash dryers
Flash Dryer adalah sebuah instalasi alat pengering yang digunakan untuk mengeringkan adonan basah dengan mendisintregasikan adonan tersebut kedalam bentuk serbuk  dan mengeringkanya dengan mengalirkan udara panas secara berkelanjutan. Proses pengeringan yang terjadi di Flash dryer berlangsung dengan sangat cepat secara instan. Seperti asal katanya flash yang berarti kilat. Maka alat ini mengeringkan bahan yang dikeringkan dengan sangat cepat, dalam hitungan milisekon. Flash Dryer cocok digunakan untuk mengeringkan bahan yang sensitif terhadap panas. Flash Dryer tidak cocok digunakan untuk material yang dapat menyebabkan erosi pada alat dan berminyak (Sari dkk, 2012).

2.6       Moisture Content
            Moisture content adalah kandungan air bahan yang dapat dinyatakan dalam nilai % berat. Persamaan yang digunakan adalah :
                % M =      (Pamuji dan Anwar, 2003)
Rasio kelembaban (w) dapat dicari dengan mengetahui temperatur bola kering (TDB) dan temperatur bola basah (TWB) menggunakan grafik psikrometrik. Sedangkan P (tekanan campuran) diukur dengan manometer (Juwana dkk, 2007).
2.7       Pear
            Pir adalah sebutan untuk pohon dari genus Pyrus dengan terdapat sekitar 30 spesies. Beberapa spesies pohon pir menghasilkan buah yang enak dimakan karena mengandung banyak air, manis dan masir. buah pir termasuk juicy fruit karena kandungan airnya yang sangat tinggi. Buah ini beratnya rata-rata 160 gram dengan panjang 18 cm dan lebar 8 cm. Kandungan air dalam pear 84,04 %wb. Bentuk buah beranekaragam, sebagian besar spesies menghasilkan buah berbentuk bulat, tetapi ada juga yang bentuknya membesar di bagian bawah dan langsing di bagian pangkal buah (Wijaya, 2008).
            Adapun kandungan air pada buah pear adalah 84,04 %wb (Ozturk dkk, 2009).





BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1  Bahan Percobaan
      1.  Pear
           Fungsi : sebagai sampel yang diukur moisture content-nya.
      2.  Kapas
           Fungsi : untuk mengetahui Tw pada termometer.
3.2  Peralatan Percobaan
1. Tray Dryer
    Fungsi : alat utama yang digunakan untuk mengukur moisture content sampel.
2. Neraca digital
    Fungsi : sebagai alat untuk mengukur massa zat yang dikeringkan.
3. Baki
    Fungsi : untuk meletakkan bahan yang akan dikeringkan.
4. Pisau
    Fungsi : untuk memotong bahan sesuai ukuran yang diinginkan.
5. Termometer
    Fungsi : untuk mengetahui Tw dan Td.

3.3 Prosedur Percobaan
1.   Pear dipotong 2 cm x 2 cm x 0,5 cm untuk masing - masing tray.
2.   Diatur kontrol udara (KU) pada level 6 dan kontrol suhu (KS) pada level 7.
3.   Ditimbang berat baki kosong.
4.   Pear diletakkan didalam baki.
5.   Ditimbang berat baki yang sudah diisi sampel berat mula - mula.
6.   Pear yang sudah ditimbang dimasukkan kedalam tray.
7.   Dicatat berat sampel, temperatur kering masuk (Td1), temperatur basah masuk (Tw1), temperatur kering keluar (Td2) dan temperatur basah keluar (Tw2) untuk tiap selang waktu 4 menit sampai berat pear konstan.
8.   Kemudian diulangi prosedur 1 hingga 4 untuk run selanjutnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1  Kesimpulan
        Adapun beberapa kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah :
1.      Moiture content akan mengalami penurunan seiring bertambahnya waktu sampai pada akhirnya mengalami kondisi konstan dimana pada run I diperoleh kondisi konstan pada menit ke-88 dan pada run II diperoleh kondisi konstan pada menit ke-52.
2.      Laju pengeringan akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya waktu dan berakhir pada kondisi konstan, dimana pada run I di menit ke-92 dan run II menit ke-44.
3.      Laju perpindahan panas akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya waktu dan akhirnya mengalami kondisi yang setimbang dimana waktu setimbang pada run I yaitu menit ke-84 dan pada run II menit ke-52.
4.      Laju pengeringan akan semakin menurun seiring dengan berkurangnya nilai moisture content. Laju pengeringan tertinggi pada run I sebesar 25 gr/m2 menit dan pada run II sebesar 20,833 gr/m2 menit.
5.      Pengeringan sangat dipengaruhi oleh suhu, waktu, luas permukaan, kecepatan udara dan kelembaban udara.

5.2  Saran
          Adapun saran yang dapat diberikan antara lain adalah :
1.      Sebaiknya percobaan digunakan variabel yang berbeda untuk mengetahui pengaruhnya terhadap percobaan.
2.      Sebaiknya kecepatan udara yang bergerak ditambah agar tidak terbentuk udara jenuh yang dapat memperlambat proses penghilangan air.
3.      Disarankan agar baki yang digunakan memiliki tinggi yang tidak jauh berbeda dengan tinggi sampel karena hal ini dapat menyebabkan distribusi udara atau panas yang kurang baik sehingga dapat menurunkan kinerja pengeringan.
4.      Sampel yang akan dikeringkan diratakan dan disebarkan terlebih dahulu dengan jarak yang tidak terlalu dekat disepanjang permukaan baki sehingga proses pengeringan terjadi secara merata.
Disarankan untuk melakukan variasi terhadap bentuk sampel, misalnya bentuk bulat agar hasil percobaan dapat dibandingkan

Fadilah, Sperisa Distantina, Dhian Budi Pratiwi dan Rahmah Muliapakarti. 2010. Pengaruh metoda Pengeringan Terhadap Kecepatan Pengeringan Dan Kualitas Karagenan Dari Rumpu Laut Eucheuma Cottonii. Fakultas teknik, Teknik Kimia. Universitas Dipenogoro : Semarang.
Heriana, Bella Martha., Asih Fitri Rohani dan Sri Afriani M. 2009. Teknik Pengeringan Sediaan Farmasi. http://tsffaunsoed2009.wordpress. com/ 2012 /05/ 23/ teknikpengeringan - sediaan - farmasi. Diakses pada : 8 November 2012.
Juwana, Wibawa Endra., Suyitno dan Tri Istanto. 2007.  Koefisien Difusi Pada Proses Pengeringan Kayu Mahoni Di Sekitar Kandungan Air Kritik. Gema Teknik – Nomor 1/Tahun X Januari 2007.
Maskan, Madeni. Drying, Srinkage and Rehydration Characteristic of Kiwi Fruits During Hot Air and Microwave. Journal of Food Engineering. Vol 48 hal : 177 – 181. 2001.
Mujumdar, Arun S. Handbook of Industrial Drying. Edisi Ketiga. Taylor and Francis Group, uc: Singapore, 2006.
Ozturk, Ismail., Sezai Ercisli, Fatih Kalkan dan Bunyamin Demir. 2009. Some Chemical and Physico – Mechanical Properties of Pear Cultivars. African Journal of Biotechnology Vol. 8 (4), pp. 687-693, 18.
Pamuji, Gigih Imam dan Anwar, Moch Fauzi. Studi Laju Pengeringan Garam. Jurusan Teknik Kimia, FT-ITS : Semarang.
Rachmawan, Obin. 2001. Pengeringan, Pendinginan dan Pengemasan Komoditas Pertanian. Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
Richardson, J. F dan J. H. Harker . 2002. Chemical Engineering. Edisi Kelima. Butterwort Heinemann : Oxford.
Sari, Sagita Savita., Rizky Novasri dan Yohan Budi Alim. Mengenal Metode Pengeringan Dalam Bidang Farmasi. Universitas Jenderal Soedirman : Purwokerto. 2012.

30
 
Silvianita, Devi. Pengaruh Variasi Suhu Pengeringan Dengan Cabinet Dryer Terhadap Kadar Air Yang Terdapat Pada Cabai Merah Keriting. L0C007041 : 2010.
Supriyono. 2003. Mengukur Faktor-Faktor Dalam Proses Pengeringan. Direktorat Pendidikan Nasional : Indonesia.
Taslim dan Iriany. 2012. Operasi Teknik Kimia. Medan : Sumatera Utara.
Wijaya, Bella Arum. 2008. Perbandingan Efek Antibakteri Dari Jus Pir (Pyrus Breschneideri) Terhadap Streptococcus Mutans Pada Waktu Kontak Dan Konsentrasi yang Berbeda. Semarang : Universitas Dipenogoro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar